Menulis jurnal harian sebagai terapi diri – Di tengah kehidupan yang penuh tekanan, menulis jurnal harian bukan lagi sekadar kebiasaan masa kecil atau tugas sekolah. Kini, semakin banyak orang dewasa yang kembali ke jurnal sebagai bentuk terapi diri—cara sederhana untuk meredakan stres, mengenali pikiran, dan menyembuhkan luka batin.

Menulis tidak hanya menyimpan cerita, tapi juga membuka ruang aman bagi kita untuk jujur pada diri sendiri. Tak perlu gaya bahasa indah atau aturan tata tulis yang kaku—yang terpenting adalah kejujuran dan konsistensi.
Apa Itu Terapi Diri Lewat Jurnal?
Terapi diri lewat jurnal adalah praktik menulis rutin yang bertujuan untuk menggali pikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi sebagai bentuk refleksi dan penyembuhan. Ini seperti berbicara dengan diri sendiri di atas kertas—tanpa takut dihakimi.
Berbeda dari curhat ke orang lain, jurnal memberi ruang untuk mengenal diri lebih dalam dan memahami emosi dengan jernih. Aktivitas ini sering digunakan dalam pendekatan psikologi positif dan terapi kognitif perilaku (CBT).
Manfaat Menulis Jurnal Harian sebagai Terapi Diri
1. Mengurai Emosi yang Mengganggu
Saat emosi terasa terlalu penuh, menulis membantu kita “menuangkannya” secara aman. Entah itu marah, sedih, kecewa, atau cemas—dengan menulis, kita belajar menyebutkan dan menghadapi emosi, bukan menekannya.
2. Meningkatkan Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Menulis jurnal secara rutin membantu kita menyadari pola pikiran dan kebiasaan. Dari sini kita bisa melihat apa yang sering memicu stres, hal apa yang membuat bahagia, atau keputusan mana yang sering kita sesali.
3. Membantu Pengambilan Keputusan
Dengan menulis, pikiran yang tadinya berputar-putar bisa menjadi lebih terstruktur. Ini memudahkan kita untuk menganalisis situasi dan mengambil keputusan yang lebih rasional.
4. Menurunkan Tingkat Stres dan Kecemasan
Aktivitas ini bisa menjadi katarsis—pelepasan beban mental yang menenangkan. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa menulis ekspresif dapat menurunkan kadar kortisol (hormon stres) dalam tubuh.
5. Meningkatkan Rasa Syukur dan Optimisme
Dengan membuat daftar hal-hal baik yang terjadi setiap hari, kita belajar menghargai hal-hal kecil dan melatih pola pikir positif, meskipun hidup sedang tidak sempurna.
Cara Memulai Jurnal Harian Sebagai Terapi Diri
1. Pilih Wadah yang Nyaman
Gunakan buku tulis, notes digital, atau aplikasi journaling seperti Journey, Daylio, atau Notion. Yang penting, kamu nyaman dan bisa mengaksesnya kapan pun.
2. Tentukan Waktu dan Tempat Menulis
Pagi sebelum mulai aktivitas atau malam sebelum tidur adalah waktu favorit banyak orang. Cari tempat tenang agar kamu bisa fokus dan tidak terganggu.
3. Tulis Apa Saja, Tanpa Sensor
Tidak harus runtut. Bisa dimulai dari “hari ini aku merasa…” atau “aku gak tahu kenapa tapi sedih banget”. Yang penting, jujur. Tak perlu peduli apakah tulisan itu bagus atau tidak.
4. Gunakan Prompt Jika Bingung
Kalau kamu tidak tahu harus mulai dari mana, gunakan pertanyaan sederhana seperti:
– Apa yang paling menggangguku hari ini?
– Hal baik apa yang terjadi?
– Apa yang aku butuhkan saat ini?
5. Jangan Takut Mengulang atau Mengeluh
Menulis jurnal bukan soal tampil positif setiap saat. Justru ini tempat untuk mengeluarkan isi kepala tanpa topeng. Mengulang cerita yang sama pun tidak masalah—itu bagian dari proses.
Contoh Format Jurnal Harian Terapi Diri
Tanggal: 11 Juli 2025
Judul: Merasa Tidak Produktif Hari Ini
Isi:
Hari ini aku merasa kosong dan gak semangat. Padahal banyak hal yang harus dikerjakan. Aku jadi merasa bersalah dan kecewa sama diri sendiri. Tapi mungkin aku butuh istirahat. Aku akan coba pelan-pelan besok. Terima kasih sudah bertahan hari ini.
Tips Agar Konsisten
-
Jangan menargetkan panjang tulisan. Satu paragraf pun cukup.
-
Anggap journaling sebagai teman, bukan tugas.
-
Simpan jurnal di tempat yang mudah dijangkau.
-
Buat ritual kecil: secangkir teh, musik instrumental, atau lilin aromaterapi.
-
Jangan baca ulang jika belum siap. Tulisanmu adalah proses, bukan penilaian.
Penutup
Menulis jurnal harian sebagai terapi diri bukan solusi instan, tapi bisa jadi kebiasaan kecil yang berdampak besar. Dengan menulis, kita memberi ruang bagi diri sendiri untuk bernapas, memahami luka, dan perlahan menyembuhkannya. Tidak ada tulisan yang salah. Yang ada hanyalah keberanian untuk mengenali diri sendiri—satu halaman demi satu halaman.
Recent Comments